Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, di antaranya Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Sejalan
dengan Tarigan , Anton M. Moeliono dkk.(1988:114) mengatakan bahwa berbicara
adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan.
Demikian juga Djago Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Dari
tiga pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa berbicara adalah kemampuan
seseorang menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa
lisan. Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Berbicara
adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir
secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraannya
maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan
diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah
dia waspada serta antusias atau tidak ( Mulgrave dalam Tarigan 1981:15).
Teknik berbicara
efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat
dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi.
Teknik
berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan
komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan. Secara sederhana, teknik
berbicara di dalam komunikasi secara aktif dan efektif adalah
sebagai berikut :
- Memilih pokok persoalan untuk dibicarakan
- Berbicara diiringi dengan bantuan gerak gerik
- Menyesuaikan situasi dengan lawan bicara dengan baik
- Menghargai dan menghormati lawan bicara dengan baik
- Menanggapi setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara
Kita tidak selalu punya waktu banyak
untuk menyiapkan slide-slide presentasi. Apalagi untuk mencari gambar yang
sesuai dan ‘bermutu tinggi’ untuk menyampaikan gagasan: pesannya kuat, relevan,
satu gambar satu ide, dan belum lagi masalah perijinan gambar yang digunakan.
Di sisi lain, jika kita menggunakan
gambar yang sekedar asal cocok saja, dibuat dengan terburu-buru, besar
kemungkinan bahwa kita akan membuat slide yang mentah, tidak kuat, dan tidak
cukup menyentuh audiens.
Nah, sebenarnya kita tidak selalu
harus menggunakan gambar dalam slide-slide presentasi. Bahkan bisa jadi, pesan
yang disampaikan akan menjadi lebih kuat, atau setidaknya sama kuatnya dengan slide-slide yang menggunakan gambar. Bahkan, dari
pengalaman saya, slide-slide tanpa gambar kadang menjadi lebih menarik untuk
dilihat.
Agar kita bisa menghasilkan slide presentasi
yang kuat impresinya pada audiens, ada beberapa prinsip yang perlu kita
cermati. Berikut ini beberapa prinsip dasar untuk membuat slide presentasi
tanpa gambar, yang bisa kita aplikasikan secara mudah dan cepat.